Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University, Pekanbaru

Authors

  • Irvina Nurrachmi Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University, Pekanbaru Author
  • Bintal Amin Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University, Pekanbaru Author
  • Musrifin Galib Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University, Pekanbaru Author

DOI:

https://doi.org/10.31258/

Keywords:

Desa Sepahat, Pendidikan lingkungan sejak dini, mangrove, Avicennia sp

Abstract

Desa Sepahat adalah salah satu desa yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi objek wisata unggulan Kawasan mangrove yang umumnya berada pada daerah pesisir ini terancam oleh kebutuhan masyarakat yang berada di sekitarnya. Kebutuhan itu dapat berupa pemanfaatan lahan untuk pemukiman, sebagai lahan kegiatan ekonomi seperti industri maupun, kebutuhan bahan bakar non migas dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan itu memaksa masyarakat untuk melakukan banyak hal yang dapat merusak hutan mangrove seperti membuka dan menkonversi lahan serta penebangan liar. Berbagai bentuk dukungan pelestarian hutan mangrove diantaranya yaitu dengan pendidikan lingkungan sejak dini dan pengajaran tentang pelestarian hutan mangrove adalah salah satu cara yang dapat dilakukan dalam usaha membuat kawasan pesisir pada khususnya semakin baik dan sangat penting diberikan terutama kepada masyarakat terutama yang berdomisili dan dalam kehidupannya berkaitan dengan mangrove dan wilayah pesisir. Peserta penyuluhan terdiri atas 30 orang anggota masyarakat di Desa Sepahat sesuai dengan yang telah direncanakan. Minat masyarakat cukup tinggi untuk berperan serta dalam kegiatan penyuluhan dan sosialisasi untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga lingkungan hutan mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi pantai. Berdasarkan topografi pantai desa ini jenis mangrove yang sesuai adalah dari spesies Avicennia sp,

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alikodra, H. S. 1998. Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove dilihat dari Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar VI Ekosistem Mangrove, Pekanbaru, 15–18 September 1998. 33 – 43.

Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gajah Mada University press. 653 hlm.

Arobaya, A dan A. Wanma. 2006. Menelusuri Sisa Areal Hutan Mangrove di Manokwari. Warta Konservasi Lahan Basah, 14 (4): 4-5.

Dahuri,R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. 305 hlm.

Departemen Kehutanan. 2004. Statistik Kehutanan Indonesia, Forestry Statistics of Indonesia 2003. Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1999. Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Bakau (Mangrove) yang Rusak di Indonesia. Laporan Akhir. PT Insan Mandiri Konsultan. Jakarta.

Hutabarat, S., dan S. M. Evan. 1984. Pengantar Oseanografi UI. Press, Jakarta. 159 hlm.

Macintosh, D.J. 1996. Mangroves and Coastal Aquaculture: doing Something Positive for The Environment. Aquaculture Asia 1(2): 3-8.

Martodiwirjo, S. 1994. Kebijaksanaan Pengelolaan dan Rehabilitasi Hutan Mangrove dalam Pelita VI. Bahan Diskusi Panel Pengelolaan Hutan Mangrove, Mangrove Center, Denpasar, 26-28 Oktober 1994 (tidak diterbitkan).

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 368 hlm.

Ong, J.E. 1995. The Ecology of Mangrove Conservation and Management. Hydrobiologia 295: 343-341.

Santoso, U. 2007. Permasalahan dan Solusi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Propinsi Bengkulu. Pertemuan PSL PT se-Sumatera tanggal 20 Februari 2006 di Pekanbaru.

Soegiarto, A. 1984. The Mangrove Ecosystem in Indonesia, its Problems and Management. In Physiology and Management of Mangrove. Ed. By H.J. Teas. Dr. W. Junk Publishers. Netherland. p. 69- 76

Downloads

Published

2019-12-31

Issue

Section

Articles